“Dan tidaklah seseorang mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai daripada amalan-amalan yang Ku-wajibkan.” (HR. Bukhari)
Aku ingin menyambut Ramadhan dengan hati dan jiwa yang sedia. Bersediakan diri ini?
Malu sendiri mengira persedian menyambut Ramadhan. Malu aku berdepan Ramadhan. Sudahkah aku tajird dan takhallikan jiwaku seperti pesan Syaikh Abdul Hakim Murad? Bagaimana dengan pesanan oleh Syaikh Hussain Sattar tentang persiapan awal yang selalu aku amati setiap kali menjelang Ramadan? Sudah bersediakah aku dengan jadual menghadapi Ramadan? Bagai menyambut acara besar-besaran, tanpa jadual dan perancangan dan latihan sebelum tibanya acara besar-besar itu, tidak mungkin terhasil kualiti yang diharapkan. Begitulah kira-kiranya analogi yang diberi Syaikh Hussain Abdul Sattar. Bagaimana juga hati dan jiwa yang perlu dikosongkan dari dunia dan isinya yang juga seringkali diulang-ulang oleh Syaikh Hussain Abdul Sattar sejak sebelum Ramadan lagi?
Bagaimana dengan jiwaku? Hatiku? Pakaian kehambaanku?
Wahai Tuhanku, pakaian kehambaanku carik beribu, jiwaku penuh sifat keakuan berganda, hatiku kotor diselaputi syahwat dan nafsu yang menghalangku khusyu’ menyembah dan mengingatiMU.
Untuk hati yang telah aku bebankan ia dengan nafsu ammarah, lawwamah yang menggelapkannya dengan kegelapan tiada bandingan lagi ya ALLAH. Untuk cinta dunia yang aku suburkan dengan mengutamakannya mengatasiMU ya ALLAH. Untuk jiwa yang aku lupakan ia untuk selalu-selalu mengorbankan nafsu untukMU ya ALLAH. Untuk anggota badan yang terseksa kerana ingkarnya aku pada ketaatanku kepadaMU ya ALLAH. Untuk mata yang terseksa melihat perkara haram. Untuk telinga mendengar perkara yang melalaikan. Untuk mulutku yang menuturkan perkara yang menyia-yiakan. Untuk tubuh yang sering melakukan perkara yang membawa penyesalan. Untuk diri yang tiada selain aku yang rabak pakaian kehambaan dengan carikan yang tidak dapat dibayangkan. Untuk janji padaMU yang telah aku khianati ya ALLAH. Oh, alangkah siapakah selain aku yang sungguh besar dosa dan hinanya di sisi ALLAH melainkan aku sendiri?.
Sekalipun begitu, sekalipun masih merangkak dalam membaiki diri, jiwa dan hatiku menujuMU, dengan rendahnya diri ini memanjat harap yang amat sudilah Engkau menerimaku ya ALLAH. Sudilah menerimaku sebagai hambaMU di bulan Ramadan ini. Sudilah menerima aku kembali ya ALLAH. Andai tidak, ke ceruk mana akan aku membawa diri lagi ya ALLAH.
Sudilah terima kembali diri ini ya ALLAH, sekalipun akulah hamba yang telah lama meninggalkanmu. Terimalah kembali aku ya ALLAH.
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu! Setiap siang dan malam kalian senantiasa berbuat salah, namun Aku mengampuni semua dosa. Karena itu, mohonlah ampunanKu agar Aku mengampuni kalian.” (Hadits Qudsi Riwayat Muslim 4674)
Aku memohon dengan sangat. Aku memohon dengan penuh rasa haqer di jiwa yang selalu dibesarkan dengan sifat keakuan.
“Dan apabila para hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo ‘a apabila ia memohon Kepada-Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah:186)
Aku mengamati bait-bait kalam Tuhan ini, dan hatikupun pecah lagi. Sungguh tidak dapat aku bayangi, beratnya penanggungan sebuah KalaMULLAH kepada manusia. Aku datang ya ALLAH, aku datang.
4:30 pm – 3 Ramadan
-alhaqerah ila Rabbiha-(Dipetik daripada blog Ustazah Sumayyah, panel blog ini)
0 comments on "Pakaian kehambaan"
Post a Comment